Merawat Kemurnian Jiwa




Hiduplah seperti kita akan mati besok, dengan begitu kita akan dapat mengupayakaan lebih banyak lagi kebaikan dalam kehidupan kita.

Kasihanilah sang jiwa, yang akan menempuh perjalanan lebih panjang lagi dan menerima setiap karma yang kita lakukan di dunia ini, semua semata2 dengan pembenaran yang sesungguhnya tidaklah selalu benar.
Kebenaran dari barometer diri sendiri, hanyalah kebenaran semu, bisa jadi dengan dalih kesehatan, kebahagiaan atau happiness, kita melakukan tindakan-tindakan yang sesungguhnya itu bertolak belakang dengan kebenaran yang sesungguhnya.

Apa yang kita  anggap suka/bahagia didunia ini, sesungguhnya adalah lebih banyak duka untuk akhirat dan apa yang kita anggap duka didunia sesungguhnya adalah suka akhirat.
Mari belajar untuk melihat lebih dalam ke diri kita masing-masing, belajar selalu merefleki diri.
Tidak harus kita dikelilingi oleh sanjungan barulah berasa hidup itu bahagia, berarti dan menyenangkan, tetapi akibat terburuk dari itu, kita sesungguhnya tidak tahu akan kemana kita melangkah, karena kita selalu dikelilingi oleh tepuk tangan yang bergemuruh.

Jalanpun seakan di sebuah panggung, yang karena dikelilingi penonton kita tidak bisa melihat ujungnya, suara gemuruh yang membuat kita menjadi tuli dengan apa yang sebenarnya terjadi diluar panggung.


Setelah suatu saat, kita sudah tidak berada diatas panggung lagi, maka akan terasa sesaklah dada kita, mengecam setiap orang yang hadir dikehidupan kita dan lebih  parah lagi adalah menyalahkan TUHAN, karena sudah tidak adil terhadap diri kita sendiri.

Hidup adalah suka dan duka, sesungguhnya kehadiran kita ke dunia ini adalah derita, tetapi Tuhan maha baik, ditengah derita yang harus kita jalani didunia ini, Tuhan masih memberi kita begituuu banyak kebaikan, sehingga mungkin ¼ dari kehidupan yang kita anggap penderitaan sekalipun, sesungguhnya  se mata-mata untuk memperbaiki langkah kita, mengarahkan kita ke jalan yang lebih indah dari yang kita inginkan.

Jalani hidup ini dengan biasa-biasa saja, tidak bereforia secara berlebihan bila kita mendapatkan kesenangan atau kesuksesan, dan tidak terpuruk disaat apa yang kita anggap derita mampir di kehidupan kita ini.
Semua itu adalah sementara, ya SEMENTARA………

Ingatlah bahwa tujuan yang terakhir dan tertinggi adalah alam rohani TUHAN dan kebahagian sejati adalah kebahagian apabila kita mampu berada di alam rohani TUHAN.
Jangan bangga terhadap apapun yang bisa kita raih dengan mudah dan dengan jumawa mebicarakannya bahwa itu adalah kemampuan kita semata.
Campur tangan TUHAN ada disitu, maka ingatlah untuk menunduk dan bersujud disetiap kesempatan yang kita miliki.

Janganlah terlalu bersedih ataupun menangis berguling-guling sampai depresi apabila duka dan luka menghampiri hidup kita, karena sesungguhnya itu adalah sebiji kerikil yang memang harus kita lewati untuk sampai ditujuan kita yang sesungguhnya.

Kerikil kecil, duka nestapa, kesedihan dan apapun itu namanya yang bila didramatisir menjadi semakin mengharu biru,  adalah kawah candra dimuka, yang bisa menjadikan kita dua pribadi yang bertolak belakang.
  
Ketika kita menjalaninya dengan ikhlas dan sabar sambil terus berikhtiar dijalan kebaikan, karena apapun yang kita hadapi adalah hutang cinta/kasih yang seharusnya dibayar dengan penuh rasa cinta/kasih, untuk nantinya bisa berbagi cinta/kasih kepada sesama dan pada akhirnya akan berlabuh di pelabuhan cinta/kasih TUHAN.
Dengan begitu kita akan bertransformasi menjadi sebuah permata yang tidak akan ternilai oleh apapun, kita akan menjadi pribadi yang tercerahkan.

Ketika kita menjalaninya dengan sumpah serapah, menyalahkan semua pihak yang bisa disalahkan dan mencari jalan-jalan mudah seperti “lampu aladin”, maka niscaya kita akan terjerambab ke lembah duka yang lebih dalam lagi dan menjadi sampah.

Intinya: ujian hidup bisa membuat kita menjadi permata berharga atau menjadi sampah busuk, semua itu adalah pilihan, ya…sebuah pilihan.
Apapun alibinya, itu adalah hak masing-masing individu untuk menentukan  pilihannya dan pada saatnya nanti, sang jiwa dari individu tersebut juga yang akan menjalani suka ataupun perihnya perjalanan dikehidupan selanjutnya.

Jangan berfikir untuk kenikmatan sendiri, kenikmatan sebagai individu yang hidup saat ini di dunia…. Karena sesungguhnya badan jasmani ini yang bernama: Budi, John, Silvia, Jeniffer dan semua nama indah lainnya yang tersemat pada diri kita hanyalah sebuah jubah/baju, yang pada masanya akan ditanggalkan oleh sang jiwa dan berganti ke jubah baru berikutnya.

Kasihanilah sang jiwa yang harus memikul karma yang kita perbuat.
Sang jiwa akan berjalan tertatih-tatih memikul semua  hal yang kita sebut kenikmatan.

Mari kita buat hidup kita lebih bermakna, mari kita lebih banyak berbagi kebaikan, berbagi ilmu pengetahuan yang baik dan selalu membersihkan hati kita dari kotoran-kotoran kebencian, kemarahan, kesedihan, kekecewaan, iri, dengki, sombong dan ingin menonjolkan diri sendiri.
Murnikanlah bathin kita sesering mungkin, sehingga lebih banyak damai yang bersemayam dihati kita.


Mari buat hidup kita lebih bermakna, dengan selalu bersikap jujur serta bisa dipercaya karena selalu teguh memegang janji, sekecil apapun janji tersebut.
Sesepele apapun kata-kata yang pernah keluar dari mulut kita, itu adalah janji yang mau tidak mau harus kita penuhi, suka tidak suka harus kita bayar lunas.

Pada saatnya nanti, ketika orang-orang  akan mengantarkan kita ke rumah terakhir kita alias kuburan, orang tidak akan mengenang kita dengan jabatan yang kita miliki selama hidup, berapa perempuan cantik yang pernah menjadi istri kita atau suami tampan yang kita miliki, semegah apa rumah yang kita miliki, seberapa banyak anjing import yang menjaga pintu gerbang rumah kita, seberapa banyak mobil mewah yang mampu kita kumpulkan digarase rumah, sebesar apa deposito yang kita miliki di Bank, seberapa banyak perusahaan yang kita mampu kembangkan semasa hidup….. TIDAK.

Orang-orang akan mengenang kita dengan hal-hal  yang sangat sederhana seperti:
Seberapa ramah kita di lingkungan kita, seberapa baiknya kita terhadap keluarga dan orang2 yang pernah mengenal kita, seberapa besar jasa baik yang telah kita tanamkan selama kehidupan kita didunia fana ini terhadap orang-orang terdekat, dan  orang lain, seberapa bijaksana kita menjaga diri kita agar tidak melanggar aturan norma Hukum, moral maupun norma sosial.

Nah kalau kita tahu apa yang orang  bicarakan pada saat kita mati, kenapa kita tidak mengejar itu dari sekarang, kenapa kita masih terlalu sibuk dengan semua gemerlap kehidupan yang seolah kalau tanpa semua itu kita akan menjadi makhluk yang paling menyedihkan, paling terpuruk dan sederet paling-paling yang lain yang identik dengan kejelekan dan kemiskinan.

Mari kita selalu berusaha merefleksi diri untuk selalu bisa mengupayakan kebaikan di dalam kehidupan kita.
Membicarakan keburukan orang sesungguhnya adalah menambah pundi-pundi dosa kita dan membasuh bersih dosa-dosa orang yang kita gosipkan.
Kalau kita membicarakan orang lain berusahalah untuk bisa membicarakan kebaikan-kebaikan orang tersebut, sehingga hanya kebaikan-kebaikan pulalah yang akan kembali ke dalam kehidupan kita untuk  sekarang dan nanti.

Kalaupun ada orang yang selalu membenci kita tanpa kita tahu apa kesalahan kita, membicarakan kita apapun yang kita lakukan, maka biarkanlah, mungkin orang itu tidak tahu dengan apa yang telah  dibicarakannya dan kita juga tidak perlu tahu dan mencari cara untuk mengorek lebih dalam lagi kenapa dia berlaku seperti itu.
Karena sesungguhnya orang-orang seperti itu memang tidak perlu penjelasan, mereka memiliki sudut pandang sendiri tentang apa itu hidup dan kehidupan orang lain, tanpa pernah melihat kehidupannya sendiri.
Mereka adalah jiwa-jiwa yang masih perlu banyak belajar untuk menjalani fase perjalanan di bumi ini.

Mari belajar untuk lebih membuka hati dan sabar, karena sesungguhnya kesabaran itu adalah tiada berbatas………
Pelajaran dan latihan yang tidak mudah, tapi sangat berharga untuk dilakukan dan diperjuangkan.








0 komentar:

Post a Comment